suatu ketika dari suatu masa, teman saya lupa memakai jam. hape juga jauh di lubuk tas. ia terburu-buru. dan kala itu dia tengah berada dalam perut sebuah mikrolet yang syahdan kabarnya akan lewat depan kantornya (dia sendiri keliatannya nggak yakin tuh...hehehe)
sekedar ingin tau. dia melirik jam mungil yang melilit di pergelangan tangan mbak manis dengan blazer kantor di depannya. jam 7:25. keningnya berkerut, antara cemas dan tak percaya. ingin mencari kepastian dia melirik ke jam tangan remaja tanggung yang duduk sebelah si mbak. wah lebih runyam ceritanya 07:31. makin penasaran dia menjelajah…
"maaf numpang tanya, pak. jam berapa?"
si bapak membalik pergelangan tangannya. “hmn…” kening si bapak berkerut. “tujuh duapuluh” si bapak mengangkat mata dari jam tangannya. jam dua jarum, yang jarum panjangnya nyaris diangka 10. jam 8 kurang 12 menit yang sempat ditangkap mata teman saya.
“orang jakarta sudah sinting semua” begitu yang meluncur dari mulutnya begitu masuk ruangan. duduk di kursi kubiklenya.
“kenapa memangnya, mbak?” tanya saya ingin tau.
sekedar ingin tau. dia melirik jam mungil yang melilit di pergelangan tangan mbak manis dengan blazer kantor di depannya. jam 7:25. keningnya berkerut, antara cemas dan tak percaya. ingin mencari kepastian dia melirik ke jam tangan remaja tanggung yang duduk sebelah si mbak. wah lebih runyam ceritanya 07:31. makin penasaran dia menjelajah…
"maaf numpang tanya, pak. jam berapa?"
si bapak membalik pergelangan tangannya. “hmn…” kening si bapak berkerut. “tujuh duapuluh” si bapak mengangkat mata dari jam tangannya. jam dua jarum, yang jarum panjangnya nyaris diangka 10. jam 8 kurang 12 menit yang sempat ditangkap mata teman saya.
“orang jakarta sudah sinting semua” begitu yang meluncur dari mulutnya begitu masuk ruangan. duduk di kursi kubiklenya.
“kenapa memangnya, mbak?” tanya saya ingin tau.
“heh, rang. kamu orang jakarta. liat jam kamu. jam berapa sekarang? tangannya mengobok-obok isi tasnya. mencari sesuatu.
“saya lagi nggak pake jam, mbak”
“barusan saya ngeliatin jam sak mikrolet” mengeluarkan hape dari tas. “masa semikrolet nggak ada satupun jam yang bener. ada yang dilewatin 5 menit. ada yang lewatnya 11 menit. bahkan ada yang lewatin jamnya nyaris 30 menit. apa maksudnya coba?”
“it’s ok 5 menit. tapi sebelas menit. 15 menit. apalagi nyaris 30 menit itu sudah sakit jiwa. lha dia sendiri yang majuin jamnya. bukan artinya dia tau jam berapa sebenarnya. trus buat apa pake dimajuin? apa bukan menipu diri sendiri namanya?" si mbak kipas-kipas, entah darimana datangnya kipas (kek pelem mandarin jadul adegannya), dan buat apa? sebentar duduk juga udah dingin. wong ac disetel suhu minimal.
“mungkin maksudnya sebagai upaya membuat diri terburu-buru. biasanya kan orang begitu…” atau buat jaga-jaga kalo jamnya telat.
“ah. nda’ masuk diakalku, rang. nda’ logis”
sebut aja namanya mbak era. asalnya kalo nggak salah-salah inget, kudus. saya panggil mbak, karena memang beberapa tahun usia diatas saya. secara almamater juga dia kakak kelas saya. orangnya sebetulnya lembut dan menyenangkan, kecuali dalam beberapa hal kata orang dia itu saklek punya. entahlah, yang mana. nah dia tuh sebelum pindah ke kantor yang saya tempati sekarang, penempatannya surabaya. karna satu dan lain hal, seperti banyak pegawai yang kerja di instansi saya, sampailah dia di jakarta, jadilah nasib mempertemukan saya dan dia dalam satu ruang kerja yang sama.
tin-tin!
lamunan saya terputus.
kaki kanan saya reflek sedikit menginjak rem serta membelokan stang. sebuah motor menyalip saya dengan cepat begitu saja. padahal jarak celah amat sempit antara saya dan mobil di depan serta kendaraan sebelahnya. krupuk! ya, krupuk kata pak boby, temen saya yang bawa mobil karna jengkel ama pengendara motor di jakarta ini. “mobil itu mereka dianggap krupuk, rang” kata temen saya itu. “lha wong mobil rapet men trabas-trebes, mana kenceng lagi. coba kesenggol dikit apa nggak kejungkel” sambung temen saya itu dalam obrolan tak penting membahas lalu lintas jakarta.
jam ini. jam rawan. mepet-mepet setengah delapan. saat jam orang kesetanan mengejar absen pagi. berebut badan jalan. potong-memotong dengan beringas di jalan. jalan menjadi tempat yang liar dan menyeramkan. orang yang ramah jadi seperti rampok, kesenggol dikit langsung melotot. well, i blame this world for making a goodman evil kata bon jovi.
saya sendiri dah pasrah. saya jalan tadi dah lebih siang dari biasanya. saya pasti telat pikir saya. mungkin nggak kalo saya mo nyerabat nyerobot. tapi ah, keselamatan lebih penting daripada beberapa puluh ribu yang akan dipotong dari tunjangan saya akibat keterlambatan, wow saya makin tua makin bijak hehehe…
saat saya masuk halaman parkir saya menoleh jam ke jam di sana. jarum panjang udah diangka enam mepet. absolutly, exactly – kata thompson dan thomson - saya telat! belom naek tangga, meskipun hanya satu lantai mesin absen adanya jauh di dalam. biarpun lari saya secepat ben johnson sekalipun. saya telat.
“hayu rang. cepet” seseorang menegur saya di depan pintu masuk. rupanya mbak era.
“udah telat, mbak” saya memilih berjalan pelan. apa gunanya lagi cepat-cepat? sudah telat mungkin tiga menitan pikir saya. “belum” mbak era di samping saya tampak tergesa. “masih kurang 2 menit” dia melihat jam tangannya.
“bukannya udah lewat 3 menit” saya juga ikutan melongok ke jam di tangannya.
“belom” dia tergesa mendahului saya.
meski bingung saya akhirnya berlari menyusulnya. kini kami bersisian lagi. “jam saya kecepatan 7 menit” urainya seperti tau kebingungan saya.
“bukannya…” saya mengernyitkan kening sepertinya. “… jam mbak selalu tep…”
“ya, sekarang saya sudah ikut sinting!” mbak era memotong kalimat saya. “dan ternyata itu sering nyelametin absen saya. semenjak jam saya bikin lebih maju, sama kayak jam di parkiran, saya jadi was-was. ingin buru-buru. saya jadi sering yakin kalo jam saya itu tak layak lagi dipercaya. sepertinya begitulah cara mematok waktu hidup di jakarta” dia ketawa.
LHA?! saya garuk-garuk kepala. ~karangsati, kemanggisan ~
“saya lagi nggak pake jam, mbak”
“barusan saya ngeliatin jam sak mikrolet” mengeluarkan hape dari tas. “masa semikrolet nggak ada satupun jam yang bener. ada yang dilewatin 5 menit. ada yang lewatnya 11 menit. bahkan ada yang lewatin jamnya nyaris 30 menit. apa maksudnya coba?”
“it’s ok 5 menit. tapi sebelas menit. 15 menit. apalagi nyaris 30 menit itu sudah sakit jiwa. lha dia sendiri yang majuin jamnya. bukan artinya dia tau jam berapa sebenarnya. trus buat apa pake dimajuin? apa bukan menipu diri sendiri namanya?" si mbak kipas-kipas, entah darimana datangnya kipas (kek pelem mandarin jadul adegannya), dan buat apa? sebentar duduk juga udah dingin. wong ac disetel suhu minimal.
“mungkin maksudnya sebagai upaya membuat diri terburu-buru. biasanya kan orang begitu…” atau buat jaga-jaga kalo jamnya telat.
“ah. nda’ masuk diakalku, rang. nda’ logis”
sebut aja namanya mbak era. asalnya kalo nggak salah-salah inget, kudus. saya panggil mbak, karena memang beberapa tahun usia diatas saya. secara almamater juga dia kakak kelas saya. orangnya sebetulnya lembut dan menyenangkan, kecuali dalam beberapa hal kata orang dia itu saklek punya. entahlah, yang mana. nah dia tuh sebelum pindah ke kantor yang saya tempati sekarang, penempatannya surabaya. karna satu dan lain hal, seperti banyak pegawai yang kerja di instansi saya, sampailah dia di jakarta, jadilah nasib mempertemukan saya dan dia dalam satu ruang kerja yang sama.
tin-tin!
lamunan saya terputus.
kaki kanan saya reflek sedikit menginjak rem serta membelokan stang. sebuah motor menyalip saya dengan cepat begitu saja. padahal jarak celah amat sempit antara saya dan mobil di depan serta kendaraan sebelahnya. krupuk! ya, krupuk kata pak boby, temen saya yang bawa mobil karna jengkel ama pengendara motor di jakarta ini. “mobil itu mereka dianggap krupuk, rang” kata temen saya itu. “lha wong mobil rapet men trabas-trebes, mana kenceng lagi. coba kesenggol dikit apa nggak kejungkel” sambung temen saya itu dalam obrolan tak penting membahas lalu lintas jakarta.
jam ini. jam rawan. mepet-mepet setengah delapan. saat jam orang kesetanan mengejar absen pagi. berebut badan jalan. potong-memotong dengan beringas di jalan. jalan menjadi tempat yang liar dan menyeramkan. orang yang ramah jadi seperti rampok, kesenggol dikit langsung melotot. well, i blame this world for making a goodman evil kata bon jovi.
saya sendiri dah pasrah. saya jalan tadi dah lebih siang dari biasanya. saya pasti telat pikir saya. mungkin nggak kalo saya mo nyerabat nyerobot. tapi ah, keselamatan lebih penting daripada beberapa puluh ribu yang akan dipotong dari tunjangan saya akibat keterlambatan, wow saya makin tua makin bijak hehehe…
saat saya masuk halaman parkir saya menoleh jam ke jam di sana. jarum panjang udah diangka enam mepet. absolutly, exactly – kata thompson dan thomson - saya telat! belom naek tangga, meskipun hanya satu lantai mesin absen adanya jauh di dalam. biarpun lari saya secepat ben johnson sekalipun. saya telat.
“hayu rang. cepet” seseorang menegur saya di depan pintu masuk. rupanya mbak era.
“udah telat, mbak” saya memilih berjalan pelan. apa gunanya lagi cepat-cepat? sudah telat mungkin tiga menitan pikir saya. “belum” mbak era di samping saya tampak tergesa. “masih kurang 2 menit” dia melihat jam tangannya.
“bukannya udah lewat 3 menit” saya juga ikutan melongok ke jam di tangannya.
“belom” dia tergesa mendahului saya.
meski bingung saya akhirnya berlari menyusulnya. kini kami bersisian lagi. “jam saya kecepatan 7 menit” urainya seperti tau kebingungan saya.
“bukannya…” saya mengernyitkan kening sepertinya. “… jam mbak selalu tep…”
“ya, sekarang saya sudah ikut sinting!” mbak era memotong kalimat saya. “dan ternyata itu sering nyelametin absen saya. semenjak jam saya bikin lebih maju, sama kayak jam di parkiran, saya jadi was-was. ingin buru-buru. saya jadi sering yakin kalo jam saya itu tak layak lagi dipercaya. sepertinya begitulah cara mematok waktu hidup di jakarta” dia ketawa.
LHA?! saya garuk-garuk kepala. ~karangsati, kemanggisan ~
5 comments:
wah, ternyata jam di makassar juga ikut2an gila. Jam di fingerprint aku set = jam telkomselflexy.
Padahal jamnya flexy sama jam telkom (103 atau apa..yang informasi waktunya telkom) selisihnya 5 menitan loh....
Hahahaha....
Sejak era fingerprint dimulai, Abu juga memajukan jam sepuluh menit...
Gila tapi efektif...
Sakit (jiwa) orang Jakarta sudah merambah Lhokseumawe...
Masalah (sakit) yang kita alami kok sama semua...
Di tangerang masih sehat hehehehe ga tahu kedepannya wakakak
katanya KuBlog dah bisa diakses lagi ya
Oh ya Kublog bisa dibuka lagi...
Ini baru kabar gembira...
Kalau Ciblog gmn om?
untung yg ngeset jam mesin absen aku. jadi gak pernah telat. hehehehehe.....
-akhirnya ketemu juga blognya. tambah huruf e ya? tak cari gak ketemu2-
Post a Comment