Masa lalu adalah masa lalu. Setiap kita punya masa lalu. Lalu seberat apakah masa lalu yang harus kau pikul? Kata orang masa lalu yang pahit laksana buah maja. Yang takkan berkurang karat getirnya meski telah melangkahi ribuan waktu. Tapi bagi Lehane masa lalu yang pahit bagai beban dipundak. Demikian pahit hingga mengental, mengeras dan membatu. Dan makin mengunduk karna ditimbuni waktu itu sendiri. Membuatmu terseok-seok. Namun tak jua bisa kau campakan. Ia begitu rekat seperti bayang-bayang. Seperti kuku yang menempel diujung jejarimu. Seperti kerut buku dalam ruas tulangmu. Dan ia begitu berat. Bagaikan sebongkah batu gunung di punggungmu. Membuatmu terbungkuk-bungkuk. Tertatih-tatih. Tersaruk-saruk. Mengarungi hidup, meraih waktu. Sementara orang-orang sekitarmu telah melesat tak terpikirkan.
Jika ada yang bertanya bagaimana masa lalu mempengaruhi hidup. Mengeret-ngeret seperti rentenir. Memperdaya seumpama penipu. Mencuri sisa umurmu. Mencukuli setiap butir kebahagiaan yang berusaha kau kumpulkan. Meracuni dalam tetes-tetes madu hidupmu, maka Dennis Lehane mempumyai jawab versinya sendiri. Di mistic river ini jawabannya.
Cerita ini berfokus pada tiga orang sahabat : Jimmy Marcus, Sean Devine dan Dave Boyle.
Sean bersahabat dengan Jimmy karena ayah mereka. Ayah Sean dan ayah Jimmy adalah teman dekat. Sama-sama bekerja di tempat yang sama : pabrik permen Coleman. Mereka sering menghabiskan gelas-gelas bir bersama. Sementara Dave Boyle adalah tetangga Jimmy di komplek rumah susun di East Buckingham.
Jimmy yang nakal tak kenal takut. Sean yang pemberani. Dave, bocah lemah yang rada rabun tapi bermulut penuh cerita. Mereka bertiga mengarungi petualangan kanak-kanak. Hingga pada suatu waktu musibah menimpa mereka. Ketika mereka sedang bertengkar di jalan saat hendak mencuri mobil, datanglah dua orang dari sebuah mobil yang mengaku polisi. Dalam suatu muslihat. Dave yang lugu “terpaksa” naik mobil mereka.
Begitulah Dave diculik. Usia mereka 11 tahun ketika itu.
Diluar dugaan Jimmy. Bahkan mungkin semua orang. Empat hari kemudian Dave muncul. Dave Boyle yang lemah, namun dengan kecerdikannya mampu meloloskan diri dari kurungan dua srigala pedofilia tersebut. Semua kembali bergembira. Namun begitukan yang terjadi?
Tidak!
Kehidupan telah terampas dari Dave. Sejak kejadian itu ia bukan hanya harus menanggung trauma mental. Namun juga tekanan psikologis. Menelan semua olok-olok teman-temannya. Mereka bukan hanya mengucilkannya, namun juga menjadikan Dave objek penderita disertai intimidasi fisik. Dua sahabatnya yang diharapkan akan membelanya pun, Jimmy dan Sean, kini enggan berjalan dengannya. Persahabatan mereka runtuh.
Angin menghembus sang waktu. Dan hari-haripun berkelebat cepat seperti halaman buku. Laksana lari kijang muda melangkahi bilangan bulan. Menjejer bilangan tahun. Roda kehidupan terus berputar.
25 tahun kemudian, Sean Devine menjadi seorang polisi negara bagian Massachussets dengan karir yang baik sebagai detektif bidang pembunuhan. Menjalani hidup normal meski kehidupan cintanya kandas, istrinya yang begitu dicintainya, Lauren, meninggalkannya. Rumah tangga yang dibangunnya berantakan, meski dia tak pernah berhenti berharap akan muncul suatu keajaiban dari puing-puing cinta mereka yang tersisa.
25 tahun kemudian, Jimmy Marcus adalah seorang kriminal yang insaf dan mendedikasikan hidupnya demi keluarga yang ia cintai. Ia mempunyai tiga orang anak. Katie Marcus, putri dari istri pertamanya Marita. Nadine dan Sara, putri dari istri keduanya, Annabeth.
25 tahun kemudian, Dave boyle adalah mantan bintang bisbol Don Bosco Technical High School, setelah diberhentikan dari kantor pos tempatnya bekerja, harus jungkir balik bekerja serabutan menghadapi masalah ekonomi. Bisa dikatakan dia masih punya sedikit kebahagiaan menjalani hidup dengan istri tercintanya, Celeste serta buah hatinya, Michael yang berumur 7 tahun.
Namun setitik bahagia, yang merupakan kekayaan paling berharga itu terancam. Sebuah bencana tiba-tiba terjadi. Datang begitu saja tanpa mengetuk bagai tamu tak diundang.
Pada suatu malam minggu yang sial. Jam yang sial. Menit yang sial. Barangkali juga detik yang sial. Sepulang dari Bar. Sehabis menurunkan dua orang temannya, Eve dan Diane. Katie Marcus menyetir pulang sendiri sambil melamun. Tiba-tiba dia melihat suatu sosok. Yang membuatnya membanting stir. Lalu ada sesuatu yang terlindas roda mobil. Barangkali dia telah menabrak seseorang. Kemudian telinganya menangkap suatu seruan. “Hei!, kamu tak apa-apa” seseorang menghampiri Katie Marcus yang telah menghentikan mobilnya.
Esok hari polisi memeriksa mobil Katie Marcus terongok begitu saja dengan pintu terbuka dan aki yang soak karena menyala semalaman. Beberapa waktu sebelumnya Polisi mendapat laporan lewat pesawat telpon dari sepasang bocah yang pertama kali menemukan mobil itu. Ada ceceran darah disana. Diperlukan setengah isi markas polisi negara bagian untuk mencari tau apa yang terjadi dengannya. Dan Sean Devine adalah salah satu polisi tersebut.
Katie Marcus tewas dibunuh seseorang. Ditemukan bersandar dengan lutut tertekuk ke dada dan tangan menutupi kepala di pojok sisi panggung yang menyangga layar bekas bioskop drive-in di taman itu. Tubuhnya penuh luka memar. Ada lubang peluru dibelakang kepalanya.
Seseorang telah membunuh Katie, Jimmy!
Bisa dibayangkan, apa yang terjadi pada Jimmy? Satu-satunya alasan gali seperti Jimmy rela menjalani hidup normal adalah anak-anaknya, keluarganya. Tanpa itu. Bahkan Jimmy lebih menakutkan daripada hewan buas. Kini Katie, putri yang paling dicintainya dibunuh orang. Bagaimana hancur perasaannya. Setelah masa berkabung yang tertinggal hanyalah kemarahan dan dendam. Dendam terhadap orang yang begitu tega menganiaya putrinya hingga tewas.
Dave Boyle mempunyai suatu rahasia.
Di malam yang sama. Dini hari Dave pulang dengan berlumuran darah. Dia bercerita sesuatu pada istrinya, Celeste. Barangkali Dave membohongi Celeste. Tapi adakah kaitannya dia dengan peristiwa pembunuhan Katie Marcus?
Sial.
Hasil penyelidikan Sean Devine dan Whitey Powers, mengarahkan Dave sebagai tersangka. Semua karena keterangan yang diberikan Dave sendiri. Entah kebohongan Dave atau apa. Yang jelas posisi Dave dari saksi kini menjadi tersangka. Sulit bagi Sean Devine untuk percaya akan kenyataan ini. Namun tidak demikian dengan Jimmy. Atas kecerobohan Celeste, istri Dave, yang menceritakannya kecurigaannya pada Jimmy Marcus : bahwa Jimmy-lah yang telah membunuh Katie. Suasana makin keruh. Jimmy saat itu sedang kalut. Mahluk buas yang bisa menjadi monster…itu kini mengaum. Dia menganggap Dave telah membunuh Katie atas dendam dari masa lalu.
Benarkah Dave pembunuh Katie?
Apa Jimmy Marcus akan tega membunuh Dave Boyle? Sahabat masa kecilnya?
Ini novel misteri oleh karenanya saya tak ingin mengurangi kenikmatan Anda yang ingin membaca dengan memberi informasi berlebihan tentang jalan cerita.
Cari saja jawabannya dinovel yang berliku-liku ini!
Dennis Lehane…hmnn…. Dennis Lehane. Ck…ck…ck… novelis ini jempolan punya.
Penulisan novel ini bagai skenario film. Babnya mengandung segmen-segmen cerita per tokoh dalam waktu yang kadang bersamaan. Adegan semua tokoh penting diceritakan secara begitu detil dan halus. Narasinya amat menawan karena dibungkus dengan gaya bahasa yang memikat. Pemilihan kata yang tepat. Untaian kata yang mempunyai kedalaman makna yang sulit dibuat oleh pengarang manapun. Dalam paragraf manapun kualitas itu tak pernah berkurang.
Lehane menulis novel begitu lengkap dan teliti.
Karakter tokoh, plot, gaya bahasa, pemilihan metafora, irama cerita digarap begitu luar biasa.
Cerita yang kompleks dan matang. Dimana unsur psikologis setiap tokoh dikupas begitu mendalam tanpa kebingungan harus diletakkan dimana. (Bagaimana saya harus menjelaskan yah?) Maksud saya adalah kepiawaian mendeskripsikan kondisi psikologis karakter baik dalam bentuk pengalaman maupun pemikiran ada dalam setiap nafas cerita. Membaur dan bersenyawa bukan terselip. Dan gilanya. Semua itu diurai Lehane tanpa membuat orang bosan, malah sebaliknya keasikan. Pengarang lain, saya yakin, mungkin harus harus jungkir balik untuk melakukan ini. Sungguh Lehane seorang pendongeng sejati. Menjadikan tokoh-tokoh khayalan menjadi seolah-olah hidup dan bernafas dalam imaji pembaca.
Dan satu lagi kekaguman saya pada Lehane. Kepiawaian menyambung-nyambung helai-helai cerita. Menariknya dalam satu simpul, yang menuntun arah cerita menuju satu titik penyelesaian. Helai satu dibuka. Cerita mengalir, helai lain dikelim, dengan tanda bagi helai berikutnya. Helai demi helai cerita diurai. Ditempatkan pada tempat yang semestinya. Lalu lehane menarik helai-helai itu. Mengumpulkannya. Begitu mudah bagaikan menstaples sebuah buku. Atau menjahit perca-perca menjadi suatu karya yang fenomenal..
Sukar mencari celah untuk mengkritik novel ini. Barangkali jika saya ingin mengkritik adalah alam pikir para tokoh yang diciptakan Lehane dengan segala kehidupannya yang terlalu dilingkupi masa lalu. Tapi apa boleh itu dibilang sebuah kekurangan? Jika hal demikian menjadi suatu kritik. Maka sesungguhnya kita sedang mengkritik kondisi psikologis masyarakatnya. Bukan sastranya. Hal itu bagaikan kita mengkritik kehidupan nyata. Bahkan diri kita sendiri..
Kalau ada novel yang betul-betul lengkap. Inilah bentuknya. Mistic River. Bagaimana sebuah novel ini dikatagorikan?
Novel misteri?
Saya setuju. Namun bacalah halaman 61, bab yang berjudul Air mata di rambutnya. Betapa manisnya bab itu, betapa romantisnya Dennis Lehane menggambarkan perasaan cinta Brendan Harris pada Katie Marcus. Suatu sisi penggambaran yang bahkan pengarang novel pop romantis pun tak sampai memikirkannya. Sungguh imajinasi yang mengagumkan. Meskipun pada sisi akhir bab menukik menuju tragis dan misterius.
Saya tak pernah membayangkan ada penulis misteri yang begitu romantis dan puitis macam Lehane. Yang menyusun bab demi bab dengan judul puitis. Wah pasti banyak fans perempuan tergila-gila dengan Lehane.
Nyaris semua pokok ada pada novel ini. Roman, kisah cinta, persahabatan, misteri, drama keluarga, psikologis. Semua terikat jadi satu. Dipak menjadi satu paket dalam satu judul yang menjadi setting cerita : Mistic River.
Novel ini telah difilmkan. Disutradarai oleh Clint Easwood dan diunggulkan sebagai film terbaik pada Academy Award 2003. Sean Penn yang memerankan Jimmy Marcus terpilih sebagai Best Actor dan Tim Robbins yang memerankan Dave Boyle terpilih sebagai Best Supporting Actor.
Bagi anda yang telah menonton filmnya. Novel ini masih mengasikan untuk dibaca. Saya tidak sedang memprovokasi. Ini sungguhan! Mistic River memang novel misteri. Namun bukan berarti jika telah tau jalan cerita novel ini menjadi tidak menarik. Mengapa saya bisa bilang demikian. Jalan cerita, misteri di dalamnya hanyalah salah satu dari daya tarik novel ini. Ada banyak kekayaan yang tak anda dapat dari filmnya. Seperti sisi paparan Lehane yang menggugah. Dan entah apa lagi namanya. Saya sukar menjelaskan.
Jadi baca sajalah dan temukan!
Jika ada yang bertanya bagaimana masa lalu mempengaruhi hidup. Mengeret-ngeret seperti rentenir. Memperdaya seumpama penipu. Mencuri sisa umurmu. Mencukuli setiap butir kebahagiaan yang berusaha kau kumpulkan. Meracuni dalam tetes-tetes madu hidupmu, maka Dennis Lehane mempumyai jawab versinya sendiri. Di mistic river ini jawabannya.
Cerita ini berfokus pada tiga orang sahabat : Jimmy Marcus, Sean Devine dan Dave Boyle.
Sean bersahabat dengan Jimmy karena ayah mereka. Ayah Sean dan ayah Jimmy adalah teman dekat. Sama-sama bekerja di tempat yang sama : pabrik permen Coleman. Mereka sering menghabiskan gelas-gelas bir bersama. Sementara Dave Boyle adalah tetangga Jimmy di komplek rumah susun di East Buckingham.
Jimmy yang nakal tak kenal takut. Sean yang pemberani. Dave, bocah lemah yang rada rabun tapi bermulut penuh cerita. Mereka bertiga mengarungi petualangan kanak-kanak. Hingga pada suatu waktu musibah menimpa mereka. Ketika mereka sedang bertengkar di jalan saat hendak mencuri mobil, datanglah dua orang dari sebuah mobil yang mengaku polisi. Dalam suatu muslihat. Dave yang lugu “terpaksa” naik mobil mereka.
Begitulah Dave diculik. Usia mereka 11 tahun ketika itu.
Diluar dugaan Jimmy. Bahkan mungkin semua orang. Empat hari kemudian Dave muncul. Dave Boyle yang lemah, namun dengan kecerdikannya mampu meloloskan diri dari kurungan dua srigala pedofilia tersebut. Semua kembali bergembira. Namun begitukan yang terjadi?
Tidak!
Kehidupan telah terampas dari Dave. Sejak kejadian itu ia bukan hanya harus menanggung trauma mental. Namun juga tekanan psikologis. Menelan semua olok-olok teman-temannya. Mereka bukan hanya mengucilkannya, namun juga menjadikan Dave objek penderita disertai intimidasi fisik. Dua sahabatnya yang diharapkan akan membelanya pun, Jimmy dan Sean, kini enggan berjalan dengannya. Persahabatan mereka runtuh.
Angin menghembus sang waktu. Dan hari-haripun berkelebat cepat seperti halaman buku. Laksana lari kijang muda melangkahi bilangan bulan. Menjejer bilangan tahun. Roda kehidupan terus berputar.
25 tahun kemudian, Sean Devine menjadi seorang polisi negara bagian Massachussets dengan karir yang baik sebagai detektif bidang pembunuhan. Menjalani hidup normal meski kehidupan cintanya kandas, istrinya yang begitu dicintainya, Lauren, meninggalkannya. Rumah tangga yang dibangunnya berantakan, meski dia tak pernah berhenti berharap akan muncul suatu keajaiban dari puing-puing cinta mereka yang tersisa.
25 tahun kemudian, Jimmy Marcus adalah seorang kriminal yang insaf dan mendedikasikan hidupnya demi keluarga yang ia cintai. Ia mempunyai tiga orang anak. Katie Marcus, putri dari istri pertamanya Marita. Nadine dan Sara, putri dari istri keduanya, Annabeth.
25 tahun kemudian, Dave boyle adalah mantan bintang bisbol Don Bosco Technical High School, setelah diberhentikan dari kantor pos tempatnya bekerja, harus jungkir balik bekerja serabutan menghadapi masalah ekonomi. Bisa dikatakan dia masih punya sedikit kebahagiaan menjalani hidup dengan istri tercintanya, Celeste serta buah hatinya, Michael yang berumur 7 tahun.
Namun setitik bahagia, yang merupakan kekayaan paling berharga itu terancam. Sebuah bencana tiba-tiba terjadi. Datang begitu saja tanpa mengetuk bagai tamu tak diundang.
Pada suatu malam minggu yang sial. Jam yang sial. Menit yang sial. Barangkali juga detik yang sial. Sepulang dari Bar. Sehabis menurunkan dua orang temannya, Eve dan Diane. Katie Marcus menyetir pulang sendiri sambil melamun. Tiba-tiba dia melihat suatu sosok. Yang membuatnya membanting stir. Lalu ada sesuatu yang terlindas roda mobil. Barangkali dia telah menabrak seseorang. Kemudian telinganya menangkap suatu seruan. “Hei!, kamu tak apa-apa” seseorang menghampiri Katie Marcus yang telah menghentikan mobilnya.
Esok hari polisi memeriksa mobil Katie Marcus terongok begitu saja dengan pintu terbuka dan aki yang soak karena menyala semalaman. Beberapa waktu sebelumnya Polisi mendapat laporan lewat pesawat telpon dari sepasang bocah yang pertama kali menemukan mobil itu. Ada ceceran darah disana. Diperlukan setengah isi markas polisi negara bagian untuk mencari tau apa yang terjadi dengannya. Dan Sean Devine adalah salah satu polisi tersebut.
Katie Marcus tewas dibunuh seseorang. Ditemukan bersandar dengan lutut tertekuk ke dada dan tangan menutupi kepala di pojok sisi panggung yang menyangga layar bekas bioskop drive-in di taman itu. Tubuhnya penuh luka memar. Ada lubang peluru dibelakang kepalanya.
Seseorang telah membunuh Katie, Jimmy!
Bisa dibayangkan, apa yang terjadi pada Jimmy? Satu-satunya alasan gali seperti Jimmy rela menjalani hidup normal adalah anak-anaknya, keluarganya. Tanpa itu. Bahkan Jimmy lebih menakutkan daripada hewan buas. Kini Katie, putri yang paling dicintainya dibunuh orang. Bagaimana hancur perasaannya. Setelah masa berkabung yang tertinggal hanyalah kemarahan dan dendam. Dendam terhadap orang yang begitu tega menganiaya putrinya hingga tewas.
Dave Boyle mempunyai suatu rahasia.
Di malam yang sama. Dini hari Dave pulang dengan berlumuran darah. Dia bercerita sesuatu pada istrinya, Celeste. Barangkali Dave membohongi Celeste. Tapi adakah kaitannya dia dengan peristiwa pembunuhan Katie Marcus?
Sial.
Hasil penyelidikan Sean Devine dan Whitey Powers, mengarahkan Dave sebagai tersangka. Semua karena keterangan yang diberikan Dave sendiri. Entah kebohongan Dave atau apa. Yang jelas posisi Dave dari saksi kini menjadi tersangka. Sulit bagi Sean Devine untuk percaya akan kenyataan ini. Namun tidak demikian dengan Jimmy. Atas kecerobohan Celeste, istri Dave, yang menceritakannya kecurigaannya pada Jimmy Marcus : bahwa Jimmy-lah yang telah membunuh Katie. Suasana makin keruh. Jimmy saat itu sedang kalut. Mahluk buas yang bisa menjadi monster…itu kini mengaum. Dia menganggap Dave telah membunuh Katie atas dendam dari masa lalu.
Benarkah Dave pembunuh Katie?
Apa Jimmy Marcus akan tega membunuh Dave Boyle? Sahabat masa kecilnya?
Ini novel misteri oleh karenanya saya tak ingin mengurangi kenikmatan Anda yang ingin membaca dengan memberi informasi berlebihan tentang jalan cerita.
Cari saja jawabannya dinovel yang berliku-liku ini!
Dennis Lehane…hmnn…. Dennis Lehane. Ck…ck…ck… novelis ini jempolan punya.
Penulisan novel ini bagai skenario film. Babnya mengandung segmen-segmen cerita per tokoh dalam waktu yang kadang bersamaan. Adegan semua tokoh penting diceritakan secara begitu detil dan halus. Narasinya amat menawan karena dibungkus dengan gaya bahasa yang memikat. Pemilihan kata yang tepat. Untaian kata yang mempunyai kedalaman makna yang sulit dibuat oleh pengarang manapun. Dalam paragraf manapun kualitas itu tak pernah berkurang.
Lehane menulis novel begitu lengkap dan teliti.
Karakter tokoh, plot, gaya bahasa, pemilihan metafora, irama cerita digarap begitu luar biasa.
Cerita yang kompleks dan matang. Dimana unsur psikologis setiap tokoh dikupas begitu mendalam tanpa kebingungan harus diletakkan dimana. (Bagaimana saya harus menjelaskan yah?) Maksud saya adalah kepiawaian mendeskripsikan kondisi psikologis karakter baik dalam bentuk pengalaman maupun pemikiran ada dalam setiap nafas cerita. Membaur dan bersenyawa bukan terselip. Dan gilanya. Semua itu diurai Lehane tanpa membuat orang bosan, malah sebaliknya keasikan. Pengarang lain, saya yakin, mungkin harus harus jungkir balik untuk melakukan ini. Sungguh Lehane seorang pendongeng sejati. Menjadikan tokoh-tokoh khayalan menjadi seolah-olah hidup dan bernafas dalam imaji pembaca.
Dan satu lagi kekaguman saya pada Lehane. Kepiawaian menyambung-nyambung helai-helai cerita. Menariknya dalam satu simpul, yang menuntun arah cerita menuju satu titik penyelesaian. Helai satu dibuka. Cerita mengalir, helai lain dikelim, dengan tanda bagi helai berikutnya. Helai demi helai cerita diurai. Ditempatkan pada tempat yang semestinya. Lalu lehane menarik helai-helai itu. Mengumpulkannya. Begitu mudah bagaikan menstaples sebuah buku. Atau menjahit perca-perca menjadi suatu karya yang fenomenal..
Sukar mencari celah untuk mengkritik novel ini. Barangkali jika saya ingin mengkritik adalah alam pikir para tokoh yang diciptakan Lehane dengan segala kehidupannya yang terlalu dilingkupi masa lalu. Tapi apa boleh itu dibilang sebuah kekurangan? Jika hal demikian menjadi suatu kritik. Maka sesungguhnya kita sedang mengkritik kondisi psikologis masyarakatnya. Bukan sastranya. Hal itu bagaikan kita mengkritik kehidupan nyata. Bahkan diri kita sendiri..
Kalau ada novel yang betul-betul lengkap. Inilah bentuknya. Mistic River. Bagaimana sebuah novel ini dikatagorikan?
Novel misteri?
Saya setuju. Namun bacalah halaman 61, bab yang berjudul Air mata di rambutnya. Betapa manisnya bab itu, betapa romantisnya Dennis Lehane menggambarkan perasaan cinta Brendan Harris pada Katie Marcus. Suatu sisi penggambaran yang bahkan pengarang novel pop romantis pun tak sampai memikirkannya. Sungguh imajinasi yang mengagumkan. Meskipun pada sisi akhir bab menukik menuju tragis dan misterius.
Saya tak pernah membayangkan ada penulis misteri yang begitu romantis dan puitis macam Lehane. Yang menyusun bab demi bab dengan judul puitis. Wah pasti banyak fans perempuan tergila-gila dengan Lehane.
Nyaris semua pokok ada pada novel ini. Roman, kisah cinta, persahabatan, misteri, drama keluarga, psikologis. Semua terikat jadi satu. Dipak menjadi satu paket dalam satu judul yang menjadi setting cerita : Mistic River.
Novel ini telah difilmkan. Disutradarai oleh Clint Easwood dan diunggulkan sebagai film terbaik pada Academy Award 2003. Sean Penn yang memerankan Jimmy Marcus terpilih sebagai Best Actor dan Tim Robbins yang memerankan Dave Boyle terpilih sebagai Best Supporting Actor.
Bagi anda yang telah menonton filmnya. Novel ini masih mengasikan untuk dibaca. Saya tidak sedang memprovokasi. Ini sungguhan! Mistic River memang novel misteri. Namun bukan berarti jika telah tau jalan cerita novel ini menjadi tidak menarik. Mengapa saya bisa bilang demikian. Jalan cerita, misteri di dalamnya hanyalah salah satu dari daya tarik novel ini. Ada banyak kekayaan yang tak anda dapat dari filmnya. Seperti sisi paparan Lehane yang menggugah. Dan entah apa lagi namanya. Saya sukar menjelaskan.
Jadi baca sajalah dan temukan!
1 comment:
Jadi penasaran saya, hehehehe...
Post a Comment